PENINGKATAN
KEMAMPUAN PENYELESAIAN HITUNG VOLUME
BANGUN RUANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOTA
KRETEK PADA SISWA
KELAS VI SEKOLAH DASAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Menurut pendapat Stanic (dalam hamzah,2001:8) bahwa tujuan
pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir
siswa, peningkatan sifat kreativitas, dan kritis. Selain itu pentingnya
pembelajaran matematika juga karena terdapat proses pembentukan karakter
didalamnya seperti berfikir kritis, ketekunan, kesabaran, dan ketelitian.
Dalam proses pembelajaran banyak
komponen yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya
adalah bahan atau materi yang dipelajari,
model pembelajaran, metode pengajaran yang dilakukan, siswa dan guru sebagai
subyek belajar (Sudjana,2001:39).
Komponen-komponen tersebut saling terkait satu sama lain sehingga melemahnya
satu komponen akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
Dimyati dan Mudjiono (2002:51) berpendapat bahwa proses pembelajaran akan lebih
efektif apabila siswa lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Partisipasi menjadikan
siswa akan dapat memahami pelajaran dari pengalamannya sehingga akan
mempertinggi prestasi belajarnya.
Upaya mewujudkan keberhasilan tujuan
pembelajaran tersebut,
dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk mampu menguasai materi
pelajaran, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi,
membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Oleh karena itu, diharapkan guru memiliki inovasi mengajar yang baik
dan mampu memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat.
Banyak
siswa memandang bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, meyeramkan,
bahkan tidak jarang seorang siswa yang drop out karena takut dan tidak
suka matematika. Namun, siswa harus mempelajarinya karena merupakan sarana
memecahkan masalah sehari-hari yang mengacu perkembangan sumber daya manusia.
PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat (1) menyatakan:
proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Matematika dapat
disajikan dalam kegiatan belajar yang menyenangkan apabila guru lebih
kreatif dalam penyajian dengan menemukan gagasan baru
tanpa terkesan matematika meyeramkan.
Berdasarkan observasi di SD Negeri 2 Bulungkulon, nilai siswa kelas VI pada
topik volume bangun ruang masih rendah.
Ketuntasan belajar 24 siswa hanya 29,17% dengan nilai rata-rata 53,67. Hasil pembelajaran tidak mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan 85% dengan nilai KKM 70. Hal itu karena guru
tidak menyajikan dengan model pembelajaran yang menarik. Oleh karena itu,
peneliti mencari solusi dengan model pembelajaran KOTA KRETEK. Dalam model pembelajaran
KOTA KRETEK
siswa dituntut aktif bekerjasama secara
kooperatif dalam kelompok yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk saling membantu satu sama lain
dalam belajar. Belajar
kelompok memungkinkan siswa lebih terlibat aktif dalam belajar karena ia
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya
kreatifitas pada siswa bersama teman
sebayanya dengan menyenangkan. Ada 6 komponen dalam model pembelajaran KOTA
KRETEK, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor
kemajuan individual, rekognisi
tim, dan kreasi tayangan komputer untuk memperjelas konsep. Melalui model
pembelajaran KOTA KRETEK
siswa saling membantu dalam memahami materi bangun
ruang
dan menjadikan siswa lebih
mudah menguasai materi sehingga kemampuan
dan hasil belajar siswa dapat meningkat
Melalui
penerapan model pembelajaran KOTA KRETEK
peneliti berharap dapat membantu siswa melakukan pembelajaran secara kooperatif
dan menyenangkan sehingga kemampuan pengerjaan soal bangun ruang untuk UAS akan
meningkat.
B.
Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut: 1) mengapa siswa
sulit memahami dan menghafalkan rumus volume bangun ruang?, 2) mengapa kemampuan penyelesaian hitung volume bangun ruang siswa rendah?, 3) faktor apa yang menyebabkan rendahnya
kemampuan penyelesaian hitung volume bangun ruang siswa?, 4) bagaimana cara meningkatkan kemampuan penyelesaian hitung volume
bangun ruang pada siswa kelas VI SDN 2 Bulungkulon Tahun Pelajaran
2013/2014?
C.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah, yaitu: 1) rendahnya kemampuan penyelesaian hitung volume bangun ruang,
2) penerapan model pembelajaran KOTA
KRETEK dalam pembelajaran volume bangun ruang pada siswa kelas VI SDN 2
Bulungkulon Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Apakah
penggunaan model pembelajaran KOTA KRETEK dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian hitung volume
bangun ruang siswa kelas VI
SDN 2 Bulungkulon Tahun Pelajaran 2013/2014?, 2) bagaimanakah hasil peningkatan
kemampuan penyelesaian hitung volume bangun ruang siswa kelas VI SDN 2
Bulungkulon Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran KOTA KRETEK?
E.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan
masalah, tujuan penelitian ini
adalah: 1) meningkatkan kemampuan penyelesaian hitung volume bangun ruang siswa
kelas VI SDN 2 Bulungkulon Tahun Pelajaran 2013/2014 menggunakan model pembelajaran KOTA KRETEK, 2) mengetahui hasil peningkatan kemampuan penyelesaian
hitung volume bangun ruang siswa kelas VI SDN 2 Bulungkulon Tahun Pelajaran
2013/2014 menggunakan model pembelajaran KOTA
KRETEK?
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah referensi edukatif, yaitu di bidang pembelajaran
matematika, khususnya pada pembelajaran volume bangun ruang. Juga diharapkan
bisa menambah khasanah model-model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
Manfaat praktis, yaitu: (a) bagi guru, sebagai referensi dan
inovasi baru dalam pembelajaran tentang volume bangun ruang. Guru juga bisa mengembangkan model pembelajaran ini lebih lanjut sesuai
dengan karakter kelasnya dan kompetensi dasar lain yang relevan dengan
pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan pengerjaan
soal siswa (b) bagi siswa,
dapat meningkatkan kreatifitas, inspiratif dan merasa senang dan nyaman selama
mengikuti pembelajaran matematika khususnya materi volume bangun ruang, (c) bagi sekolah, untuk
meningkatkan capaian outcome hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika khususnya pada materi volume bangun ruang sehingga
kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajarannya semakin lebih meningkat,
(d) bagi dunia
pendidikan, dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kemampuan Pengerjaan Soal
Kemampuan penyelesaian hitung menunjukkan keberhasilan seseorang menyelesaikan soal
atau pertanyaan berhitung dengan benar
pada suatu bidang pengerjaan berhitung dari hasil pembelajaran. Hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar
pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya
(Hamalik 2011:55). Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran,
perubahan tingkah laku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan
aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sejalan
dengan itu, pembelajaran akan dapat berhasil apabila siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Setyo (2012) bahwa:
Pembelajaran akan berhasil apabila siswa secara aktif
dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi. Siswa tidak pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga
meningkatkan keterampilan berfikir siswa yang salah satunya ditandai kemampuan menyelesaikan persoalan yang
dimunculkan.
Agar dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian hitung dan menyelesaikan masalah yang dimunculkan, yang perlu diperhatikan adalah: (1) Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat
dari aspek: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran yang digunakan, strategi evaluasi, (2) Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar, mengkondisikan kegitan belajar mengajar, menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar
mengajar secara efektif, motivasi belajar siswa, menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan, mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Usman (2002:36) mengemukakan bahwa: “keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa menguasai apa yang
diajarkan guru.” indikator untuk menentukan apakah pembelajaran berhasil atau tidak dapat dilihat dari
dua segi yaitu: (1) mengajar guru, menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran yang direncanakan guru tercapai, (2) belajar siswa, mengungkapkan sejauh mana
tujuan pembelajaran dapat tercapai atau yang disebut dengan
ketuntasan belajar yang dilakukan dengan tes evaluasi.
B. Konsep Matematika Tentang Bangun Ruang
Menurut Gagne (dalam
Asikin,2009:157) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang
mengelompokkan benda ke dalam contoh dan non contoh. Sedangkan istilah
matematika berasal dari kata Yunani yaitu mathein atau manthenein yang
berarti mempelajari. Matematika merupakan ajaran, pengetahuan abstrak dan
deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan,
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui
deduksi. Matematika merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya
berkait dengan ide-ide, proses-proses dan penalaran.
Bangun
ruang adalah bangun tiga dimensi yang tersusun dari gabungan bangun datar.
Bangun ruang pada dasarnya didapat dari benda- konkret dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi. Abstraksi adalah proses memperhatikan dan
menentukan sifat atau kharakteristik khusus yang penting-penting saja dengan
mengesampingkan hal-hal yang tidak penting. Idealisasi adalah proses
menganggap segala sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal seperti bambu agak
melengkung dianggap lurus.
Isi (volum) suatu bejana (bangun
ruang berongga) ialah banyaknya takaran yang digunakan untuk memenuhi bejana
(ruangan) yang rongganya dapat diisi dengan zat cair atau padat
Materi bangun ruang termasuk ke dalam materi ujian. Salinan
Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan pengembangan Kemendikbud nomor
003/H/HK/2014 tentang kisi-kisi ujian sekolah/madrasah pada sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah dasar luar biasa, dan penyelenggara program
paket A/Ula tahun pelajaran 2013/2014, pada kompetensi 3 menyebutkan: “Memahami
konsep volume bangun ruang sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah”. Lebih lanjut dalam salinan lampiran peraturan tersebut tentang indikator
keberhasilan pada kompetensi 3 menyebutkan bahwa:
(1) siswa
dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan volume kubus atau balok,
(2) siswa dapat menentukan volume prisma segitiga dari suatu gambar yang
ukurannya diketahui, (3) siswa dapat menentukan volume tabung dari suatu gambar
tabung yang ukurannya diketahui.
Macam-macam bangun ruang dan rumusnya adalah: (1)
kubus dengan volume sisi x sisix sisi (
),
(2) balok dengan volume panjang x lebar x tinggi, (3) prisma segitiga dengan
volume luas alas x tinggi, (4) tabung dengan volume
x
x
t. Nilai
adalah 3,14 atau
.





C.
Model Pembelajaran KOTA
KRETEK
Salah satu strategi pembelajaran untuk memacu siswa meningkatkan
kemampuan pengerjaan soal volume bangun ruang
adalah dengan menerapkan
model pembelajaran ”KOTA
KRETEK”, yang merupakan akronim dari “Kooperatif Tipe STAD Berkreasi Teknologi
Komputer”. Model ini adalah kreasi asli dari peneliti berdasarkan
permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran volume bangun ruang yang
diadopsi dari pembelajaran kooperatif tipe Students
Teams Achievement Division (STAD).
STAD dikembangkan
oleh Robert E. Slavin dan rekan-rekannya di John
Hopkins University, seperti kebanyakan model pembelajaran kooperatif
lainnya, model pembelajaran STAD
didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan
bertanggung jawab dalam belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya
sendiri. Para siswa dibagi dalam tim belajar yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan
pelajaran, lalu siswa belajar dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota
tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa, mengerjakan kuis
mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana pada saat itu, siswa tidak
diperbolehkan saling bantu.
Model
ini menekankan adanya pengelompokkan siswa secara heterogen untuk saling
membantu kelompok menguasai materi yang telah diberikan oleh guru, supaya siswa
dapat mengerjakan kuis yang diberikan secara individual dengan baik guna
perolehan skor untuk kelompok masing-masing. Hamdani (2011:93) menyatakan bahwa
dalam model STAD, “siswa
dikelompokkan secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai seluruh anggotanya mengerti”.
Gagasan
utama model KOTA KRETEK adalah
pembagian siswa yang merata menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan
lain-lain. Siswa yang berprestasi tinggi diminta untuk saling membantu dengan
teman dikelompoknya yang berprestasi rendah supaya saling menguasai materi yang
diberikan oleh guru. Pendapat yang sama mengenai hakikat model KOTA KRETEK yang
menekankan pada adanya pembentukan kelompok yang heterogen dan aktivitas untuk
belajar bersama dalam kelompok. Adopsi model
STAD ke dalam model pembelajaran KOTA KRETEK
sangat penting untuk inovasi pembelajaran. Senada dengan itu, Aqib
(2013:20) menyimpulkan bahwa dalam model STAD ini
melibatkan kompetisi antar kelompok, “siswa dikelompokkan secara beragam
berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama siswa mempelajarai
materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji
secara individual melalui kuis-kuis”.
Model
KOTA
KRETEK akan melibatkan persaingan yang sehat
antar kelompok siswa, siswa diminta untuk saling membantu teman-teman satu
kelompoknya untuk menguasai materi supaya dapat mengerjakan kuis yang diberikan
secara individual. Model pembelajaran ini mengelompokkan kemampuan campuran
yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran
individu anggota. Siswa dikelompokkan
menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Setiap kelompok
harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah (Asikin,2009:23).
Langkah-langkah
model pembelajaran KOTA KRETEK
sebagaimana kooperatif tipe STAD yaitu: (1)
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi pelajaran,
(3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, (4) membimbing kelompok belajar,
(5) evaluasi, (6) pemberian pengahargaan (Robert Slavin 1995 dalam
Slameto,2011:17)
Lebih lanjut, menurut Slameto pembelajaran
kooperatif tipe ini
terdiri dari lima komponen utama, yaitu (1) penyajian kelas, (2) belajar
kelompok, (3) kuis, (4) skor perkembangan dan (5) penghargaan kelompok.
Komponen
penyajian kelas, mencakup pembukaan dan latihan terbimbing di keseluruhan
pelajaran. Komponen belajar kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang bervariasi
dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis. Selama belajar kelompok,
tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu
teman sekelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan
yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan. Komponen
kuis dikerjakan oleh siswa secara secara mandiri. Hal ini dapat menunjukkan apa
saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai
perkembangan kelompok. Setelah diberi kuis, hasil kuis itu diskor dan tiap
individu diberi skor perkembangan.
Prosedur
penilaian dan penyekoran menurut Slavin (dalam
Slameto,2011:80) adalah: (1) menetapkan skor dasar,
(2) menghitung skor kuis terkini, (3) menghitung skor perkembangan yang
besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui
skor dasar mereka. Ketentuannya lebih dari 10 poin di bawah skor dasar mendapat
poin 0, 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar mendapat 10 poin,
skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar mendapat 20 poin, lebih dari 10
poin di atas skor dasar 30 poin.
Penghargaan
kelompok tiap-tiap tim menerima suatu penghargaan khusus berdasarkan pada
sistem poin, yaitu rata-rata skor perkembangan tim 15-19 poin penghargaan tim
baik, 20-25 poin mendapat penghagaan tim hebat, 25-30 poin penghargaan tim
super.
Pemberian
kuis (tes) ini menurut Arikunto (2009:44) berfungsi bagi siswa untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi, merupakan penguatan bagi siswa agar lebih
termotivasi untuk belajar, mengetahui kelemahan siswa, Sebagai diagnosis
kesulitan belajar siswa. Sedangkan fungsi pemberian kuis (tes) bagi guru untuk
mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa,
mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh
siswa. Sebagai guru yang bijaksana maka guru harus memberikan tes (kuis) untuk
mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa.
D.
KREASI
TEKNOLOGI KOMPUTER
Kreasi teknologi komputer adalah
menggunakan media komputer pada pembelajaran KOTA KRETEK untuk mempermudah menjelaskan konsep volume bangun
ruang. Secara sederhana, kreasi teknologi komputer yang digunakan adalah dengan
multimedia powerpoint. Teknologi ini terdiri dari berbagai macam kombinasi
grafis, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu
kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi
pelajaran yang dapat dibuat dengan mudah. Pembuatan media berbasis powerpoint
sangat mudah karena pengguna tidak disulitkan menginstal software baru atau
belajar penggunaannya, tetapi cukup pada aplikasi powerpoint yang tersedia
dapat dengan mudah digunakan. Teknologi ini dibuat bertujuan untuk menyajikan
informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas.
Manfaatnya sangat menjanjikan untuk
peningkatan hasil dalam bidang pendidikan (Susilana, 2007:127).
Kreasi komputer dalam
bentuk multimedia merupakan salah cara dimana orang dapat belajar berhadapan
dan beriteraksi secara langsung dengan menggunakan komputer. Interaksi tersebut
terjadi secara individual, dengan adanya link
dan tool memungkinkan pemakai melakukan
navigasi, berinteraksi,
berkreasi dan berkomunikasi yang dapat
digunakan untuk belajar mandiri atau berkelompok tanpa harus didampingi guru.
E.
Pentingnya Kreasi Teknologi Komputer
Seiring dengan perkembangan jaman, penggunaan komputer yang dikreasikan powerpoint sangat
penting dalam pembelajaran, karena: (1) komputer menjadikan kegiatan belajar
dinamis dalam hal penyampaian makna, kata-kata dalam aplikasi komputer bisa
menjadi pemicu yang dapat digunakan memperluas cakupan teks untuk memeriksa
suatu topik tertentu secara lebih luas, (2) komputer
tidak hanya menyediakan lebih banyak teks
melainkan juga menghidupkan teks dengan menyertakan bunyi, gambar, musik, animasi, dan video, (3) kelebihan
pembelajaran komputer adalah menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan
antara pandangan, suara dan gerakan, (4) multimedia menjadi alat yang ampuh untuk
pengajaran dan pendidikan serta untuk meraih keunggulan bersaing.
F.
Kajian
Empiris
Beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Adam (2005)
dalam penelitiannya berjudul “Pembelajaran perkalian pecahan melalui
pembelajaran model STAD di kelas V
Sumbersari 4 Kota Malang” dan hasilnya penerapan model STAD tingkat pemahaman siswa tentang perkalian pecahan meningkat.
Penelitian
yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika dengan
model STAD yaitu PTK karya Deden M La Ode yang berjudul: Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Komputer
kelas IV SDN To’bulung (Januari 2010) menyimpulkan
hasil penelitiannya bahwa dengan penerapan model STAD Berbantuan Komputer siswa
lebih berminat menjalani pembelajaran, lebih berani berekspresi, mengemukakan
pendapat yang bekerja sama dalam kelompok, sehingga hasil belajar meningkat
secara sigifikan.
Angga
Adi Wicaksono, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif STAD Terhadap Motivasi dan
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kandangan 03 Tahun Ajaran 2011/2012,
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, Peningkatan hasil belajar dengan signifikasi
0,006 < 0,05. Hasil rata-rata nilai posttest sebesar 79,8 dan untuk kelas
kontrol sebesar 70,125. Kelebihan: Penelitian ini
dilakukan dengan model pembelajaran yang sesuai dan menarik, sehingga siswa
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kelemahan: baik peneliti ataupun
guru yang melaksanakan pembelajaran perlu meningkatkan penguasaan kelas karena
model pembelajarannya yang bersifat kelompok.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Enie Rusmalina, (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pembelajaran Kooperatif STAD
Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SDN Karang
Tengah 01 Tahun Ajaran 2011/2012, menyimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas meningkat dari prasiklus yaitu
53 menjadi 69 pada siklus I, siklus II meningkat 75. Indikator
kinerja hasil belajar siswa yaitu 70% siswa
mendapat nilai ≥ 60, hasil
menunjukkan bahwa 80% mendapatkan nilai ≥ 60.
Maka dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja tercapai
G.
Kerangka Pikir
kerangka
berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan
2.1 Kerangka berpikir PTK
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan penelitian ini, Melalui model pembelajaran KOTA KRETEK, terjadi peningkatan kemampuan penyelesaian hitung
volume bangun ruang siswa kelas VI SDN 2 Bulungkulon Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar