EFEKTIVITAS ALAT PERAGA “PUKA POINT”
DENGAN MODEL STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERKARAKTER
PADA PEMBELAJARAN VOLUME BANGUN RUANG SISWA KELAS 6 SEKOLAH
DASAR
Abstrak
Hadi
Nur. 2013. Efektivitas Alat Peraga “Puka Point” Dengan Model Student Teams
Achievement Division
(STAD) Berkarakter Pada Pembelajaran Volume Bangun Ruang Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar, SDN 2
Bulungkulon, UPT Pendidikan Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Pokok bahasan menghitung volume bangun ruang terasa
sulit jika disajikan hanya dengan menghafal rumus-rumus yang sudah ada sehingga
kebanyakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, termasuk peneliti, terpusat
pada guru melalui metode ceramah, tanya jawab, atau ekspositori. Siswa tidak
ada kesempatan mengenal terlebih dahulu bentuk kongrit dari bagun ruang dengan kharakteristiknya.
Kenyataannya siswa kelas 6 sebagian tidak mengenal nama dan kharakteristik
suatu bangun ruang.
Upaya mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba
menggunakan alat peraga “Puka Point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD)
berkarakter yang diharapkan dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa terutama dalam memahami konsep menghitung volume bangun ruang. Mengatasi
kesulitan menghafal banyaknya rumus, siswa cukup menghitung keterkaitan
bagiannya dengan kubus satuan karena volume satu bangun dapat dijabarkan
menjadi volume bangun ruang lainnya sehingga pembelajaran lebih bermakna dan
rumus yang diperoleh siswa melalui penemuan tidak hanya dihafal oleh siswa
melainkan juga dipahami.
Berdasar hasil penelitian tindakan kelas disimpulkan
bahwa dengan menggunakan alat peraga “Puka Point” Dengan Model Student Teams Achievement
Division
(STAD) siswa kelas
6 SDN 2 Bulungkulon menunjukkan
efektifitas hasil belajar, dengan indikasi pada pra tindakan ketuntasan
belajar 44,4% meningkat 75,0% pada
siklus I dan meningkat 94,4 % pada siklus II.
Alat peraga “Puka Point” Dengan Model Student Teams
Achievement Division
(STAD) dapat
dipergunakan guru-guru matematika sebagai salah satu media pembelajaran yang
memudahkan siswa belajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa sekolah dasar.
Kata Kunci: efektifitas
alat peraga “puka point”,model “STAD”, pembelajaran volume bangun ruang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan
melatih siswa berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan
konsisten. Disamping itu, matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari (Kemendiknas,2010:75).
Kenyataan banyak siswa memandang bahwa matematika adalah
pelajaran yang sulit, meyeramkan, bahkan tidak jarang seorang siswa yang drop
out karena takut dan tidak suka matematika sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapai.
PP Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 19 ayat (1) menyatakan:
proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Matematika dapat
disajikan dalam kegiatan belajar yang mengasyikkan apabila guru lebih kreatif
dalam penyajian dengan menemukan gagasan baru tanpa memberikan kesan
matematika itu meyeramkan.
Berhasilnya tujuan pembelajaran diantaranya ditentukan faktor guru dalam
proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat memengaruhi, membina
dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Upaya mencapai tujuan
tersebut, diharapkan guru memiliki inovasi mengajar dengan memilih model dan
alat peraga pembelajaran yang tepat.
Merujuk hal ini, perlu
pendekatan dengan menggunakan alat
peraga dan model pembelajaran matematika
yang menarik agar mampu menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga
siswa menguasai materi secara optimal (Hamalik,2009:200).
Berdasar latar belakang,
penulis sebagai guru di SD Negeri 2 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus memberi solusi menggunakan alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement
Division (STAD)
berkarakter untuk meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang pada siswa kelas
6. Dengan alat peraga “puka point" dengan model Student Teams Achievement
Division (STAD)
suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, dan diharapkan
meningkatkan hasil ketuntasan belajar diatas 85 % sesuai dengan Keriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu nilai 65.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang, rumusan masalah adalah “Bagaimanakah
efektivitas
alat peraga “puka point” dengan model
Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter
dalam meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 sekolah
dasar.”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian
adalah untuk mendeskripsikan efektivitas alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement
Division (STAD)
berkarakter dalam meningkatkan hasil
pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 sekolah dasar.
Adapun tujuan khusus penelitian adalah
untuk mengetahui efektivitas alat peraga
“puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD)
berkarakter dalam meningkatkan hasil
pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 SD Negeri 2 Bulungkulon, Jekulo,
Kudus.
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat
Teoretis
Manfaat teoretis
penelitian ini yaitu:
a.
memberi masukan tentang pengembangan
pembelajaran bagi praktisi pendidikan melalui alat peraga “puka point” dengan
model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter dapat meningkatkan hasil pembelajaran
volume bangun ruang siswa kelas 6.
b.
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
dengan menciptakan suasana belajar yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
kreatif serta memberikan ruang bagi prakarsa siswa sekolah dasar.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Siswa
1)
Untuk
meningkatkan hasil sesuai standar kompetensi yang ditetapkan karena
pembelajaran volume bangun ruang menggunakan
alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement
Division (STAD) berkarakter mampu memotivasi siswa berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
2)
Dapat meningkatkan kreativitas, inspiratif dan merasa
senang dan nyaman selama mengikuti pembelajaran matematika.
b. Bagi
Guru
1)
Mencapai mutu
guru yang kompeten sesuai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang telah
ditetapkan.
2)
Melalui alat
peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement
Division (STAD)
berkarakter dapat
meningkatkan wawasan keterampilan guru dalam mengajar dan sebagai
referensi dan inovasi baru dalam pembelajaran volume bangun ruang.
3)
Sebagai alternatif guru dalam
pembelajaran volume bangun ruang dengan rancangan pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik minat dan semangat belajar siswa.
c. Bagi
Sekolah
1)
Dapat
meningkatkan mutu sekolah dengan tercapainya standar isi, proses, kompetensi
lulusan.
2)
Sebagai upaya pembinaan dan pengembangan
para guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan
masukan berupa informasi pentingnya pemilihan strategi pembelajaran yang tepat
untuk memperbaiki pembelajaran.
d.
Bagi KKG
Sebagai
pengalaman keberhasilan pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 dengan
alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement
Division (STAD) berkarakter yang perlu dibagikan dan diikuti oleh para guru
anggota KKG agar pembelajaran volume bangun ruang efektif.
e.
Bagi dunia pendidikan
Sebagai
sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia.
D. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran Matematika
Menurut Setyo (2012) mengemukakan bahwa : ”Pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif
dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi. Siswa tidak pasif menerima pengetahuan yang
diberikan guru. Hasil belajar
tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan
berfikir siswa.” Keefektifan pembelajaran yang dimaksud adalah sejauhmana pembelajaran
matematika berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dapat
dilihat dari ketuntasan belajar.
Agar pelaksanaan pembelajaran matematika
efektif yang perlu diperhatikan adalah: a) Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari aspek: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran,
alat pembelajaran yang digunakan, strategi
evaluasi, b) Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar, mengkondisikan kegitan belajar mengajar, menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar secara efektif, motivasi belajar
siswa, menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan, mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Usman (2002:36) mengemukakan bahwa: “efektivitas guru dalam mengajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa menguasai apa yang diajarkan guru.” Indikator untuk menentukan apakah pembelajaran berhasil atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu: a) mengajar guru, menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai, b) belajar siswa, mengungkapkan sejauh mana
tujuan pembelajaran dapat tercapai atau yang disebut dengan ketuntasan belajar yang dilakukan dengan tes evaluasi.
2. Konsep Matematika Tentang Bangun Ruang
Menurut Gagne (dalam Asikin,2009:157)
konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang mengelompokkan benda ke
dalam contoh dan non contoh. Sedangkan istilah matematika berasal dari kata
Yunani yaitu mathein atau manthenein yang berarti mempelajari.
Matematika merupakan ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana
kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas
kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi. Matematika
merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya berkait dengan ide-ide,
proses-proses dan penalaran.
Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi yang tersusun
dari gabungan bangun datar. Bangun ruang pada dasarnya didapat dari benda-
konkret dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi. Abstraksi
adalah proses memperhatikan dan menentukan sifat atau kharakteristik khusus
dengan mengesampingkan hal-hal yang tidak penting. Idealisasi adalah
proses menganggap segala sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal seperti
bambu agak melengkung dianggap lurus (Sitanggang,2008:8).
Isi (volum) suatu bejana (bangun ruang
berongga) ialah banyaknya takaran yang digunakan untuk memenuhi bejana
(ruangan) yang rongganya dapat diisi dengan zat cair atau padat
(Setyo,2012:98).
Macam-macam bangun ruang dan rumusnya
adalah: a) kubus dengan volume sisi x sisix sisi (
), b) balok dengan
volume panjang x lebar x tinggi, c) prisma segitiga dengan volume luas alas x
tinggi, d) tabung dengan volume
x
x t. Nilai
adalah 3,14 atau
, e) bola dengan volume
x
x
, f) kerucut dengan
volume
x
x t x
, g) limas segiempat
dengan volume
x luas alas x tinggi.












3. Pengertian Alat Peraga “Puka Point”
Alat
peraga merupakan bagian dari media. Media berarti “perantara” atau “pengantar”.
Oleh karena itu, media merupakan sarana atau alat penyalur informasi atau pesan
(Sarwono,2009:19).
Hamalik
(2009) alat peraga matematika diartikan sebagai suatu benda konkrit yang dirancang, dibuat, atau
disusun yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Alat Peraga “Puka point”
adalah singkatan dari puzzel kayu dan power
point. alat peraga puzzel terbuat dari kayu berbentuk kubus, balok, tabung,
prisma segi tiga, prisma segi banyak, kerucut dan bola yang dapat dirangkai.
Pada setiap bagian bangun tersebut diberi knok sambungan yang berguna untuk
memasang dan melepas rangkaian. Fungsi alat peraga ini untuk mengeksplorasi
pikiran dan prakarsa siswa agar dapat menemukan rumus volume suatu bangun
ruang. Disamping itu, puzzel kayu juga terdapat potongan kubus Satuan dengan
panjang sisi 2 centimeter. Fungsi kubus satuan agar siswa dapat berelaborasi dari bangun ruang
Membuat alat
peraga ini sangatlah mudah, karena hanya dengan memotong kayu hingga membentuk
bangun yang dikehendaki sesuai ukuran yang bervariasi sesuai kebutuhan,
kemudian dicat warna-warni agar menarik. Agar dapat mengaitkan antara bangun
satu dengan lainnya perlu diberi knok sambungan.
Power point merupakan media visual berupa tampilan gambar bangun
ruang yang disajikan melalui komputer yang disambungkan dengan LCD untuk
menjelaskan materi yang sifatnya teoretis. Program komputer yang digunakan
adalah adobe flash cs 3 merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan
respon terhadap hasil belajar karena berisi animasi gambar bergerak
(Hernawan,2008:136). Fungsi tampilan ini sebagai konfirmasi untuk menjelaskan
kesalahan pemahaman hasil eksplorasi dan elaborasi siswa. Dalam layar, tampilan ini terdapat
beragam bangun ruang yang dilengkapi cara penarikan rumusnya sehingga
memudahkan siswa memahami materi.
4. Pentingnya Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Piaget (dalam Usman, 2004) landasan pentingnya penggunaan alat
peraga karena taraf berpikir anak seusia sekolah dasar masih konkret
operasional, artinya untuk memahami suatu konsep harus diberikan kegiatan yang
berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal
mereka.
Menurut teori Bruner (Asikin, 2009:9) anak akan belajar dengan baik
jika melalui 3 tahap, yakni: (a) tahap enaktif, merupakan tahap
pengalaman langsung dimana anak berhubungan dengan benda-benda
nyata/sesungguhnya, (b) tahap
ikonik, berkaitan dengan gambar,
lukisan, foto atau film, (c) tahap simbolik, merupakan tahap pengalaman abstrak.
Alat peraga mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam pembelajaran. Menurut Usman (2004:86) fungsi alat peraga adalah
menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya
dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat
peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti
konsep.
Disamping
fungsi, penggunaan alat peraga bertujuan agar siswa dapat memahami konsep atau
ide-ide dalam matematika yang sifatnya abstrak oleh penalaran siswa. Agar
tujuan tercapai, maka syarat alat peraga matematika yang baik, yaitu: 1) sesuai
dengan konsep Matematika, 2) dapat memperjelas konsep matematika, 3) tahan lama
4) bentuk dan warnanya menarik, 5) bahan aman bagi kesehatan, 6) sederhana dan
mudah dikelola, 7) ukuran seimbang dengan ukuran fisik siswa, 8) menjadi dasar
tumbuhnya konsep berpikir abstrak siswa.
5.
Model Student Teams Achievement
Division (STAD)
Menurut
Winataputra (dalam Sugiyanto, 2010:03) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman
perancang pembelajaran.
“STAD”
adalah singkatan dari Student Teams
Achievement Division yang
dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan rekan-rekannya di John Hopkins University, model pembelajaran “STAD” didasarkan pada
prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab
pada belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Menurut Slavin,
(dalam Aqib,2013:20) dalam model Student
Teams Achievement Division (STAD), “para siswa dibagi dalam tim belajar
yang terdiri dari tingkatan yang berbeda kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa belajar dalam
tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya semua siswa, mengerjakan kuis mengenai materi secara mandiri, pada saat itu, siswa tidak diperbolehkan
saling bantu”.
Sejalan
dengan itu, Slameto (2011) menyatakan bahwa model “STAD” melibatkan persaingan
yang sehat antar kelompok, siswa diminta saling membantu teman satu kelompoknya
untuk menguasai materi supaya dapat mengerjakan kuis yang diberikan secara
individual.
Langkah-langkah
dalam model pembelajaran “STAD”
(Aqib,2013:21) adalah: a) membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang
secara heterogen, b) guru menyajikan pelajaran, c) guru memberi tugas kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti, d) guru memberi kuis/pertanyaan pada seluruh siswa. Pada saat kuis
tidak boleh saling membantu, e) tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim
yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan,
f) memberi evaluasi, g) penutup.
6.
Pendidikan
Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter bangsa adalah suatu
usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa, membiasakan
berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama
sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara sebagai suatu usaha manusia utuk
menjadikan dirinya sebagai manusia seutuhnya (Sugiyono,2011:160).
Prinsip pembelajaran yang digunakan
dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah mengusahakan agar
siswa mengenal dan menerima nilai-nilai mereka, dan bertanggung jawab pada
keputusan yang diambilnya. Nilai-nilai karakter bangsa ada 18, yaitu: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4)
disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin
tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi,
13) bersahabat, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17)
peduli sosial, 18) tanggung jawab (Kemendiknas,2010:9-10).
7. Efektifitas Alat Peraga “Puka Point” dengan model “STAD” dalam Pembelajaran Volume Bagun Ruang
Penggunaan alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran volume
bangun ruang sangat efektif, karena: a) alat peraga ini menjadikan kegiatan
pembelajaran dinamis dengan memberikan
dimensi dalam aplikasi. b) alat peraga bisa menjadi pemicu rangsangan
ketertarikan siswa dalam belajar karena berupa bentuk mainan yang dapat
ditumpuk, dibongkar dan dipasang, c)
kelebihan alat peraga ini adalah menarik indera dan minat, karena merupakan gabungan
antara pandangan, suara dan gerakan, d) model Student Teams Achievement Division (STAD)
mempunyai kelebihan, yaitu: a) membelajarkan teman sebaya dalam kerja
berkelompok tanpa memandang ras, dan status (Ngalimun,2013:46), b) melatih
siswa mengembangkan aspek kecakapan sosial dan kognitif, c) belajar bertanggung
jawab untuk diri sendiri dan kelompoknya, d) penghargaan dari guru menyebabkan
siswa lebih termotivasi dalam belajar (Slameto,2011:18).
8. Kerangka Pikir
Alat peraga “Puka Point” dengan model Student
Teams Achievement Division (STAD)
dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan model
pengembangan Borg & Gall (1983:775) dan Sukmadinata (2007:184-185) yang
divalidasi para pakar media pembelajaran. Prosedur yang diadaptasi tersebut
meliputi tiga tahap yaitu 1) tahap studi pendahuluan, 2) tahap penyusunan draft
produk dan 3) tahap pengembangan dan evaluasi.
Tahap
Studi Pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap
terdiri dari studi kepustakaan dan survai lapangan. Tahap Penyusunan Produk
alat peraga merupakan langkah pembuatan
yang dirancang didasarkan pada analisis kebutuhan hasil survai lapangan.
Kemudian tahap pengembangan dan evaluasi di mana draft produk alat peraga yang
telah dihasilkan diperbaiki kemudian diujicoba di SD Negeri 2 Bulungkulon untuk
pengembangan lebih lanjut.
Adapun
kerangka pikir dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
![]() |
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
9. Hipotesis penelitian
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
penggunaan alat peraga “Puka Point” dengan model Student Teams Achievement Division
(STAD) berkarakter yang dikembangkan dengan tepat dapat efektif meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran volume
bangun ruang siswa kelas 6 sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar