Minggu, 22 November 2015

EFEKTIVITAS ALAT PERAGA “PUKA POINT” DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERKARAKTER PADA PEMBELAJARAN VOLUME BANGUN RUANG SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR




 

EFEKTIVITAS ALAT PERAGA “PUKA POINT” DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERKARAKTER PADA PEMBELAJARAN VOLUME BANGUN RUANG SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR



Abstrak
Hadi Nur. 2013. Efektivitas Alat Peraga “Puka Point” Dengan Model Student Teams Achievement Division (STAD) Berkarakter Pada Pembelajaran Volume Bangun Ruang  Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar, SDN 2 Bulungkulon, UPT Pendidikan Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.

Pokok bahasan menghitung volume bangun ruang terasa sulit jika disajikan hanya dengan menghafal rumus-rumus yang sudah ada sehingga kebanyakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, termasuk peneliti, terpusat pada guru melalui metode ceramah, tanya jawab, atau ekspositori. Siswa tidak ada kesempatan mengenal terlebih dahulu bentuk kongrit dari bagun ruang dengan kharakteristiknya. Kenyataannya siswa kelas 6 sebagian tidak mengenal nama dan kharakteristik suatu bangun ruang.
Upaya mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menggunakan alat peraga “Puka Point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter  yang diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa terutama dalam memahami konsep menghitung volume bangun ruang. Mengatasi kesulitan menghafal banyaknya rumus, siswa cukup menghitung keterkaitan bagiannya dengan kubus satuan karena volume satu bangun dapat dijabarkan menjadi volume bangun ruang lainnya sehingga pembelajaran lebih bermakna dan rumus yang diperoleh siswa melalui penemuan tidak hanya dihafal oleh siswa melainkan juga dipahami.
Berdasar hasil penelitian tindakan kelas disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga “Puka Point” Dengan Model Student Teams Achievement Division (STAD) siswa kelas 6  SDN 2 Bulungkulon menunjukkan efektifitas hasil belajar, dengan indikasi pada pra tindakan ketuntasan belajar  44,4% meningkat 75,0% pada siklus I dan meningkat 94,4 % pada siklus II.
Alat peraga “Puka Point” Dengan Model Student Teams Achievement Division (STAD) dapat dipergunakan guru-guru matematika sebagai salah satu media pembelajaran yang memudahkan siswa belajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa sekolah dasar.
Kata Kunci: efektifitas alat peraga “puka point”,model “STAD”, pembelajaran volume bangun ruang




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan melatih siswa berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Disamping itu,  matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari (Kemendiknas,2010:75).
Kenyataan banyak  siswa memandang bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, meyeramkan, bahkan tidak jarang seorang siswa yang drop out karena takut dan tidak suka matematika sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat (1) menyatakan:
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Matematika dapat disajikan dalam kegiatan belajar yang mengasyikkan apabila guru lebih kreatif dalam penyajian dengan menemukan   gagasan baru tanpa memberikan kesan matematika itu meyeramkan.
Berhasilnya tujuan pembelajaran diantaranya ditentukan faktor guru dalam proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat memengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Upaya mencapai tujuan tersebut, diharapkan guru memiliki inovasi mengajar dengan memilih model dan alat peraga pembelajaran yang tepat.
Merujuk hal ini, perlu pendekatan dengan menggunakan  alat peraga dan model  pembelajaran matematika yang menarik agar mampu menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga siswa menguasai materi secara optimal (Hamalik,2009:200).
Berdasar latar belakang, penulis sebagai guru di SD Negeri 2 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus memberi solusi menggunakan alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter untuk meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang pada siswa kelas 6. Dengan alat peraga “puka point" dengan model  Student Teams Achievement Division (STAD) suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, dan diharapkan meningkatkan hasil ketuntasan belajar diatas 85 % sesuai dengan Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu nilai 65.
B.     Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang, rumusan masalah adalah Bagaimanakah efektivitas alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter dalam meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 sekolah dasar.”
C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan efektivitas alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD)  berkarakter dalam meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 sekolah dasar.
Adapun tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui  efektivitas alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD)  berkarakter dalam meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 SD Negeri 2 Bulungkulon, Jekulo, Kudus.
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.    Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini yaitu:
a.    memberi masukan tentang pengembangan pembelajaran bagi praktisi pendidikan melalui alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter dapat meningkatkan hasil pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6.
b.    upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dengan menciptakan suasana belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kreatif serta memberikan ruang bagi prakarsa siswa sekolah dasar.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Siswa
1)        Untuk meningkatkan hasil sesuai standar kompetensi yang ditetapkan karena pembelajaran volume bangun ruang menggunakan  alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter mampu memotivasi siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
2)        Dapat meningkatkan kreativitas, inspiratif dan merasa senang dan nyaman selama mengikuti pembelajaran matematika.
b.    Bagi Guru
1)        Mencapai mutu guru yang kompeten sesuai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang telah ditetapkan.
2)        Melalui alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter dapat meningkatkan wawasan keterampilan guru dalam mengajar dan sebagai referensi dan inovasi baru dalam pembelajaran volume bangun ruang.
3)        Sebagai alternatif guru dalam pembelajaran volume bangun ruang dengan rancangan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat dan semangat belajar siswa.
c.    Bagi Sekolah
1)        Dapat meningkatkan mutu sekolah dengan tercapainya standar isi, proses, kompetensi lulusan.
2)        Sebagai upaya pembinaan dan pengembangan para guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan masukan berupa informasi pentingnya pemilihan strategi pembelajaran yang tepat untuk memperbaiki pembelajaran.
d.   Bagi KKG
Sebagai pengalaman keberhasilan pembelajaran volume bangun ruang siswa kelas 6 dengan alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter yang perlu dibagikan dan diikuti oleh para guru anggota KKG agar pembelajaran volume bangun ruang efektif.
e.    Bagi dunia pendidikan
Sebagai sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
D.    Kajian Teori
1.    Efektivitas Pembelajaran Matematika
Menurut Setyo (2012) mengemukakan bahwa : ”Pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi. Siswa tidak pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa.” Keefektifan pembelajaran yang dimaksud adalah sejauhmana pembelajaran matematika berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari ketuntasan belajar.
Agar pelaksanaan pembelajaran matematika efektif yang perlu diperhatikan adalah: a) Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari aspek: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran yang digunakan, strategi evaluasi, b) Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar, mengkondisikan kegitan belajar mengajar, menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar secara efektif, motivasi belajar siswa, menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan, mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Usman (2002:36) mengemukakan bahwa: efektivitas guru dalam mengajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa menguasai apa yang diajarkan guru.” Indikator untuk menentukan apakah pembelajaran berhasil atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu: a) mengajar guru, menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai, b) belajar siswa, mengungkapkan sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai atau yang  disebut dengan ketuntasan belajar yang dilakukan dengan tes evaluasi.
2.    Konsep Matematika Tentang Bangun Ruang
Menurut Gagne (dalam Asikin,2009:157) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang mengelompokkan benda ke dalam contoh dan non contoh. Sedangkan istilah matematika berasal dari kata Yunani yaitu mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Matematika merupakan ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi. Matematika merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya berkait dengan ide-ide, proses-proses dan penalaran.
Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi yang tersusun dari gabungan bangun datar. Bangun ruang pada dasarnya didapat dari benda- konkret dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi. Abstraksi adalah proses memperhatikan dan menentukan sifat atau kharakteristik khusus dengan mengesampingkan hal-hal yang tidak penting. Idealisasi adalah proses menganggap segala sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal seperti bambu agak melengkung dianggap lurus (Sitanggang,2008:8).
Isi (volum) suatu bejana (bangun ruang berongga) ialah banyaknya takaran yang digunakan untuk memenuhi bejana (ruangan) yang rongganya dapat diisi dengan zat cair atau padat (Setyo,2012:98).
Macam-macam bangun ruang dan rumusnya adalah: a) kubus dengan volume sisi x sisix sisi (), b) balok dengan volume panjang x lebar x tinggi, c) prisma segitiga dengan volume luas alas x tinggi, d) tabung dengan volume  x x t. Nilai  adalah 3,14 atau , e) bola dengan volume  x  x , f) kerucut dengan volume  x x t x , g) limas segiempat dengan volume  x luas alas x tinggi.
3.    Pengertian Alat Peraga “Puka Point”
Alat peraga merupakan bagian dari media. Media berarti “perantara” atau “pengantar”. Oleh karena itu, media merupakan sarana atau alat penyalur informasi atau pesan (Sarwono,2009:19).
Hamalik (2009) alat peraga matematika diartikan sebagai suatu  benda konkrit yang dirancang, dibuat, atau disusun yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Alat Peraga “Puka point” adalah singkatan dari puzzel kayu dan power point. alat peraga puzzel terbuat dari kayu berbentuk kubus, balok, tabung, prisma segi tiga, prisma segi banyak, kerucut dan bola yang dapat dirangkai. Pada setiap bagian bangun tersebut diberi knok sambungan yang berguna untuk memasang dan melepas rangkaian. Fungsi alat peraga ini untuk mengeksplorasi pikiran dan prakarsa siswa agar dapat menemukan rumus volume suatu bangun ruang. Disamping itu, puzzel kayu juga terdapat potongan kubus Satuan dengan panjang sisi 2 centimeter. Fungsi kubus satuan agar siswa dapat  berelaborasi dari bangun ruang
Membuat alat peraga ini sangatlah mudah, karena hanya dengan memotong kayu hingga membentuk bangun yang dikehendaki sesuai ukuran yang bervariasi sesuai kebutuhan, kemudian dicat warna-warni agar menarik. Agar dapat mengaitkan antara bangun satu dengan lainnya perlu diberi knok sambungan.
Power point merupakan media visual berupa tampilan gambar bangun ruang yang disajikan melalui komputer yang disambungkan dengan LCD untuk menjelaskan materi yang sifatnya teoretis. Program komputer yang digunakan adalah adobe flash cs 3 merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon terhadap hasil belajar karena berisi animasi gambar bergerak (Hernawan,2008:136). Fungsi tampilan ini sebagai konfirmasi untuk menjelaskan kesalahan pemahaman hasil eksplorasi dan elaborasi  siswa. Dalam layar, tampilan ini terdapat beragam bangun ruang yang dilengkapi cara penarikan rumusnya sehingga memudahkan siswa memahami materi.
4.    Pentingnya  Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Piaget (dalam Usman, 2004) landasan pentingnya penggunaan alat peraga karena taraf berpikir anak seusia sekolah dasar masih konkret operasional, artinya untuk memahami suatu konsep harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka.
Menurut teori Bruner (Asikin, 2009:9) anak akan belajar dengan baik jika  melalui 3 tahap, yakni: (a) tahap enaktif, merupakan tahap pengalaman langsung dimana anak berhubungan dengan benda-benda nyata/sesungguhnya, (b) tahap ikonik, berkaitan dengan gambar,  lukisan, foto atau film, (c) tahap simbolik, merupakan tahap pengalaman abstrak.
Alat peraga mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran. Menurut Usman (2004:86) fungsi alat peraga adalah menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep.
Disamping fungsi, penggunaan alat peraga bertujuan agar siswa dapat memahami konsep atau ide-ide dalam matematika yang sifatnya abstrak oleh penalaran siswa. Agar tujuan tercapai, maka syarat alat peraga matematika yang baik, yaitu: 1) sesuai dengan konsep Matematika, 2) dapat memperjelas konsep matematika, 3) tahan lama 4) bentuk dan warnanya menarik, 5) bahan aman bagi kesehatan, 6) sederhana dan mudah dikelola, 7) ukuran seimbang dengan ukuran fisik siswa, 8) menjadi dasar tumbuhnya konsep berpikir abstrak siswa.
5.    Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Menurut Winataputra (dalam Sugiyanto, 2010:03) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman perancang pembelajaran.
“STAD” adalah singkatan dari Student Teams Achievement Division yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan rekan-rekannya di John Hopkins University, model pembelajaran “STAD” didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab pada belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Menurut Slavin, (dalam Aqib,2013:20) dalam model Student Teams Achievement Division (STAD), “para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari tingkatan yang berbeda kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa belajar dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa, mengerjakan kuis mengenai materi secara mandiri,  pada saat itu, siswa tidak diperbolehkan saling bantu”.
Sejalan dengan itu, Slameto (2011) menyatakan bahwa model “STAD” melibatkan persaingan yang sehat antar kelompok, siswa diminta saling membantu teman satu kelompoknya untuk menguasai materi supaya dapat mengerjakan kuis yang diberikan secara individual.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran “STAD”  (Aqib,2013:21) adalah: a) membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen, b) guru menyajikan pelajaran, c) guru memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, d) guru memberi kuis/pertanyaan pada seluruh siswa. Pada saat kuis tidak boleh saling membantu, e) tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan, f) memberi evaluasi, g) penutup.
6.    Pendidikan Karakter Bangsa Di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter bangsa adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa, membiasakan berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara sebagai suatu usaha manusia utuk menjadikan dirinya sebagai manusia seutuhnya (Sugiyono,2011:160).
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai-nilai mereka, dan bertanggung jawab pada keputusan yang diambilnya. Nilai-nilai karakter bangsa ada 18, yaitu:  1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab (Kemendiknas,2010:9-10).
7.    Efektifitas Alat Peraga “Puka Point”  dengan model “STAD” dalam Pembelajaran Volume Bagun Ruang
Penggunaan alat peraga “puka point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran volume bangun ruang sangat efektif, karena: a) alat peraga ini menjadikan kegiatan pembelajaran  dinamis dengan memberikan dimensi dalam aplikasi. b) alat peraga bisa menjadi pemicu rangsangan ketertarikan siswa dalam belajar karena berupa bentuk mainan yang dapat ditumpuk, dibongkar dan dipasang,  c) kelebihan alat peraga ini adalah menarik indera dan minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan, d) model Student Teams Achievement Division (STAD) mempunyai kelebihan, yaitu: a) membelajarkan teman sebaya dalam kerja berkelompok tanpa memandang ras, dan status (Ngalimun,2013:46), b) melatih siswa mengembangkan aspek kecakapan sosial dan kognitif, c) belajar bertanggung jawab untuk diri sendiri dan kelompoknya, d) penghargaan dari guru menyebabkan siswa lebih termotivasi dalam belajar (Slameto,2011:18).
8.  Kerangka Pikir
Alat peraga “Puka Point” dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan model pengembangan Borg & Gall (1983:775) dan Sukmadinata (2007:184-185) yang divalidasi para pakar media pembelajaran. Prosedur yang diadaptasi tersebut meliputi tiga tahap yaitu 1) tahap studi pendahuluan, 2) tahap penyusunan draft produk dan 3) tahap pengembangan dan evaluasi.
Tahap Studi Pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap terdiri dari studi kepustakaan dan survai lapangan. Tahap Penyusunan Produk alat peraga  merupakan langkah pembuatan yang dirancang didasarkan pada analisis kebutuhan hasil survai lapangan. Kemudian tahap pengembangan dan evaluasi di mana draft produk alat peraga yang telah dihasilkan diperbaiki kemudian diujicoba di SD Negeri 2 Bulungkulon untuk pengembangan lebih lanjut.
Adapun kerangka pikir dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.


 















Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

9.    Hipotesis penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan alat peraga “Puka Point” dengan model  Student Teams Achievement Division (STAD) berkarakter yang dikembangkan dengan tepat dapat efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran  volume bangun ruang siswa kelas 6 sekolah dasar.































Tidak ada komentar:

Posting Komentar